Rabu, 22 Desember 2010

KAJIAN TERNAK POTONG DAN TERNAK KERJA DI TEACHING FARM, LINGSAR LOMBOK BARAT - NTB

OLEH :
MUH. LATARUL ISLAIN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2010

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia adalah Negara agraris, dimana penduduknya sebagian besar bermata pencaharian pertanian dan peternakan. Dalam bidang peternakan mereka memilihar aternak seperti sapi terutama sapi Bali hanya untuk penggemukan (produksi daging) dan sebagai tabungan saja. NTB adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki penduduk dengan rata-rata bermata peencaharian peternakan sapi terutama sapi Bali.
Sementara tingkat konsumsi warga negara Indonesia dan NTB khususnya terhadap daging sangat rendah. Ada beberapa hal yang mempengaruhi rendhyanya tngkat konsumsi daging di Indonesia, diantaranya adalah : a. Rendahnya perekonomian masyarakat; b tingkat produksi daging sapi masih rendah, sehingga suplay daging tidak terpenuhi; c kesadaran masyarakat terhadap pentingnya daging masih rendah. Hal inilah yang menyebabkan masyarkat masih rendah konsumsi dagingnya.
Sapi Bali merupakan sapi yang banyak diperlihara tertuama didaerah NTB dengan tujuan produksi daging. Sapi Bali ini merupakan sapi yagn produksi dagingnya saangat tinggi. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel perbandingan tingkat produksi sapi bali dengan beberapa sapi
Tabel perbandingan tingkat produksi sapi bali dengan beberapa sapi
Jeni sapi lokal Rataan persentase karkas (%) Bobot badan dewasa
(kg) Pertambahan alami
(%)
Sapi PO 45.3 302.4 12.30
Sapi Bali 56.9 352.4 18.43
Sapi Madura 47.9 258.3 7.48
Sapi SO 44.9 368.0 7.80
Sumber : Dania, 2001

Sementara itu, propinsi NTB telah banyak sekali mengekspor daging sapi Bali ke luar daerah, baik lokal maupuun intenasional, dalam rangka memenuhi permintaan konsumen. Sehingga melihat banyaknya permintaan dari lokal maupun internasional, maka perlu kita tingkatkan dan memperbaiki populasi dan produksi daging sapi Bali ini.
Namun harapan dengan apa yang terjadi tidaklah harus sama. Karena pada kenyataan sekarang ini peningkatan populasi daging sapi dan meningkatakan dalam pelayanan permintaan daging nasional masih belum terlaksanan secara efektif. Hal inilah yang menjadi permasalahan pemerintah di NTB, sehingga mengeluarkan program NTB (Bumi Sejuta Sapi) BSS.
Dalam program yang dikeluarkan oleh pemerintah pihak perguruan tinggi khususnya Fakultas Peternakan Universitas Mataram meningkatkan strategi dalam mebantu pemerintah dalam melaksanakan NTB BSS. Hal ini dilaksanakan sebagai suatu bukti bahwa pemerintah, akademisi, masyarakat adalah suatu bentuk kerjasama yang saling menguntugkan demi terciptanya NTB Beriman dan Berdaya saing.
Teaching Farm yang berada di lingsar adalah salah satu fasilitas percobaan atau lahan percobaan untuk menerapakna atau mempraktikkan sistem-sistem yang diterapkan oleh pihak perguruan tinggi. Teaching farm yang berada dilingsar memiliki luas sekitar 100 are, 50% digunakan untuk pembangunan kandang dan 50% digunakan lagi untuk penanaman rumput. Sebnarnya lokasi teaching farm sangat strategis sekali, dimana letaknya berada pada daerah yang sangat subur, dan memiliki temperatur dan kelembaban yang sangat mendukung untuk memelihara ternak disana.
Akan tetapi akhir-akhir ini teaching farm memiliki banyak sekali kendala dalam pemanfaatannya. Padahal fasilitas disana sangat lengkap. Tetapi pemanfaatannya sangat jarang sekali sehingga fasilitas yang ada didiamkan begitu saja. Seolah-olah tidak berguna dan tidak memiliki manfaat sama sekali. Selanjutnya yang menyebabakan terkendalanya pemanfaatan teaching farm adalah kurangnya perhatian pemerintah atau pejabat yang mengelola teaching farm itu sendiri.
Sehingga ada kecurigaan dari beberapa pihak bahwa teaching farm keuangannya dimanfaatkan oleh orang –orang tersebut. Banyak dosen-dosen yang mengeluh keberadaan teaching farm yang sekarang. Karean melihat kondisi teaching farm yang nampak sekali tidak berguna.
Teaching farm memiliki lahan yang begitu luar untuk pemanfaatan penanaman rumput. Tapi sekarang digunakan untuk menanam tanaman padi oleh orang –orang yang memanfaatkannya. Padahal lahan tersebut sangat diperuntukkan untuk menanam rumpput atau tanaman ternak yang dipelihara di teaching farm.
Manajemen pemeliharaan terhadap beberapa ternak juga masih kurang efektif. Hal ini bisa dilihat dari pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan yang jarang sekali bahkan tidak pernah dilakukan sama sekali oleh pihak teaching farm. Selain itu pemberian pakan yang tidak teratur dan kebersihan kandang maupun ternak sendiri sangat jarang sekali dilakukan.
Hal itu membuktikan bahwa teaching farm untuk saat ini memiliki kondisi yang labil. Sehingga perlu dibenahi kembali agar teaching farm bisa membantu program pemerintah yang sangat besar ini. Hal ini bertujuan agar tercapainya masyarakat dan daerah yang sesuai dengan cita-cita bersama. Dan salah satu cara untuk mengelolanya kembali adalah dengan melakukan praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja dalam upaya penilaian terhadap fasilitas dan keadaan ternak yang ada di Teaching farm.
Tujuan dan Keguanaan
Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan teaching farm
2. Untuk mengetahui struktur populasi ternak di teaching farm
3. Untuk mengetahui tatalaksana pemeliharaan ternak
4. Untuk mengetahui tatalaksana perkandangan ternak
5. Untuk mengetahui tatalaksana pemberian pakan
6. Untuk mengetahui penanganan reproduksi
7. Untuk mengetahui tatalaksana pemeliharaan kesehatan
8. Untuk mengetahui komposisi ternak yang ada di teaching farm
9. Untuk mengetahui produktivitas ternak
10. Untuk mengetahui pemasarannya
11. Untuk bisa mengatahui analisa ekonomi
Kegunaan
1. Praktikum ini berguna sebagai nilai tambahan pada mata kuliah IPT kerja dan Potong
2. Praktikukm ini berguna untuk bisa menjelaskan kondisi teaching farm serta kondisi ternak yang ada disana
3. Praktikum ini berguna untuk membantu dalam melaksanakan manajemen perbaikan di teaching farm
4. Setelah melakukan praktikum diharapkan kepada mahasisiwa agar bisa untuk memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di teaching farm.

METODE PRAKTIKUM

Adapun metode yang digunakan dalam melakukan praktikum manajemen ternak potong dan kerja adalah :
a. Untuk mengetahui keadaan teaching farm sendiri kita melakukan nya dengan cara bertanya kepada pengelola yang ada diteaching farm
b. Struktur populasi ternak dikethaui dengan cara bertanya kepada pengelolanya serta mencari data recording yang ada di teaching farm
c. Data perkandangan didapat melalui melihat langsung kandangnya dan melakukan pengukuran sendiri
Tempat Dan Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di teching farm lingsar pada tanggal 19 desember 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi teachng farm
a. Ketenaga kerjaan
Table 1. ketenaga kerjaan
No. Jumlah tenaga kerja Pengadas sapi orang dalam 2 orang Pengadas sapi orang luar 4 orang
1 Tenaga kerja tetap 3 orang Tidak teta 1 orang
Jumlah
Sumber : data hasil praktikum, 2010
b. Keadaan lahan :
A. Luas lahan : 100 are
B. Lahan sawah : 160 are
C. Kebun rumput : 75 are
c. Pendirian Teaching farm didirikan pada tahun 1977.
Teaching farm merupakan laboratorium terapan milik fakultas peternakan univeristas mataram. Teaching farm terletak di kecamatan lingsar kabupaten lombok barat. Pada awalnya lingsar berfungsi hanya dalam percobaan-percobaan yang bersifat akademik untuk mendukung pengetahuan mahasiswa secara teori dan melakukan praktikum dari apa yang ia dapatkan di bangku kuliah.
Akantetapi karena adanya terobosan program pemerintah yaitu NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB BSS), sehingga teaching farm memilikil fungsi yang semakin luas dalam mendukung program pemerintah tersebut. Serta harus dikelola dengan sempurna guna dapat membantu pemerintah dalam mencapai program yang ada. Pengelolaan teaching farm sekarang ini berbeda dengan pengelolaan sebelumnya. Beberapa tahun sebelumnya teaching farm efektif dalam pelaksanaan fungsinya. Karena pada saat itu sangat diperhatikan oleh pengelola. Teaching farm memiliki luas sekitar 100 are dengan 50% digunakan untuk pembangunan fasilitas dan 50% digunakan untuk penanaman pakan ternak. Selain itu juga teaching farm memiliki lahan sawah yang sangat luas, semuanya digunakan untuk penanman pakan.
Namun sekarang ini teaching farm berada dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Karena teaching farm sebagai lahan percobaan atau laboratorium percobaan yang merupakan fasilitas yang digunakan oleh Fakultas Peternakan Unviersitas Mataram dalam melakukan percobaan sistem-sistem yang mendukung terhadap peningkatan populasi sapi di NTB dalam keadaan tidak terurus. Banyak diantara fasilitas-fasilitas yang ada di teaching farm tidak termanfaatkan, pengelolaannya tidak teratur serta penanganannya sangat kurang sekali terhadap rehbilitas atau renovasi bangunan, alat dan lain sebagainya.
Padahal teaching farm adalah salah satu daerah atau tempat percobaan yang memiliki potensi yang sangat besar terhadap pengemabngan ternak yang ada disana. Karena keadaan lahannya yang sangat subur, serta didukung oleh temperatur dan kelembaban yang stabil. lahan sawah milik teaching farm yang sebelumnya digunakan untuk penanaman pakan ternak kini dialih fungsikan menjadi lahan tempat menanam tanaman padi oleh pengelolanya.
Berubahnya keadaan teaching farm saat ini disebabkan karena kurangnya perhatian pengelola terhadap teaching farm serta kurangnya kontrol dari pihak universitas terhadap kondisi teaching farm sekarang. Sehingga perlu dilakukan instruksional dari pengelola kepada piahk universitas agar melakukan pembenahan kembali terhadap keadaan teaching farm sekarang.
A. Struktur Populasi
Jumlah ternak yang dimiliki
Jumlah keseluruhan 171 ekor ternak
Sumber : data hasil praktikum, 2010
Jumlah ternak yang dibeli sebanyak : 6 ekor
Jumlah ternak yang di jual sebanyak : 2 ekor
Jumlah ternak yang disembelih sebanyak : 1 ekor
Jumlah ternak yang mati sebanyak : 1 ekor
Sehingga strukutur populasinya adalah : populasi dasar dikurangi dengan jumlah ternak yang dibeli kemudian ditambah dengan jumlah ternak yang dijual, ternak yang disembelih dan ternak yang mati.
Secara matematis struktur populasinya dasarnya adalah sbb :
(10 – 6) + 2 + 1 + 1 = 10 ekor. Jadi populasin dasarnya adalah 10 ekor.
Jumlah ternak yang ada di teaching farm sebanyak 171 ekor. Sementara daya tampung ternak cukup besar, lebih dari jumlah ternak yagn ada sekarang ini. Jumlah populasi sapi sebanyak 10 ekor dengan populasi dasar 10 ekor. Sementara kandangnya memiliki daya tampung sekitar 28 ekor. Hal-hal yang menyebebakan minimnya jumlah populasi ternak khusunya ternak sapi perlu diperhatikan. Karena jika tidak diperhatikan apa penyebabnya, maka peternakan di teachng farm lingsar akan mengakibatkan kerugian pada Unviersitas Mataram khusunya Fakultas Peternakan, serta tidak bisa mendukung tercapainya NTB Bumi Sejuta Sapi.
Perbedaan jumlah pada populasi ternak sapi ini adalah struktur populasi dasarnya berbeda dengan jumlah populasi. Tapi bagaimana pun itu adalah hasil dari penelitian mahasiswa kepada petugas teaching farm yang ada di lingsar. Itulah sebabnya harus perlu diperhatikan pengeluaran dan pemasukan dari ternak tersebut. Agar setiap pengeluran dan pemasukan ternak terutama ternak sapi dapat dicatat dan dipertanggungjawabkan supaya jelas keberadaannya.
Dengan demikian tidak akan merugikan pihak fakultas sendiri, dan mampu untuk mendukung terciptanya NTB BSS. Pemerintah provinsi NTB mencanangkan populasi sapi pada tahun 2013/2014 sebanyak 1 juta ekor. Realita sekarang ini populasi sapi tahun 2008 507.836 ekor dan tahun 2009 poulasi sapi potong di NTB mencapai 681.909 ekor (Gubernur NTB, KH. M Zainul Majdi, 2010). Melihat begitu suksesnya pertambahan populasi sapi di NTB kalau tidak ada dukungan dari masyarakat terutama masyarakat akademis khususnya Fakultas Peternakan, kemungkinan program pemerintah sejuta sapi ini akan sulit tercapai.
Sementara salah satu cara untuk mendukung tercapainya bumi sejuta sapi ini adalah pihak Fakultas Peternakan Universitas Mataram harus mengelola secara benar teaching farm yang ada dilingsar. Karena teaching farm tersebut merupakan tempat percobaan atau tempat penyeleksian ternak-ternak yang unggul, yang akan mampu mendukung percepatan program NTB Bumi sejuta sapi.
B. Tata laksana pemeliharaan
Sapi yang ada di teaching farm tersebut dipelihara dengan cara dikandangkan. Pemeliharaan sapi yang dikandangkan lebih mudah dipelihara, baik dalam memberi makan, memeriksa kesehatan, memandikan sapi, dan lain sebagainya. Pemeliharaan terhadap sapi potong juga harus diperhatikan lokasi kandang. Lokasi kandang akan menentukan kesuksesan dalam penggemukan ternak sapi potong terutama sapi bali.
Sapi potong menjadi salah satu pilihan komoditas yang diyakini bisa menjadi sumber pendapatan keluarga. Proses pemeliharaan sapi potong cukup mudah dilakukan. Namun, juga banyak kendalanya. Kendala tersebut pemeliharaan yang dilakukan peternak. Beberapa peternak belum memiliki orientasi bahwa beternak sapi potong bisa menjadi sumber pendapatan utama. Sehingga pemeliharaannya tidak hanya dilakukan secara asal – asalan. Banyak harus diketahui peternak sebelum mengenal management pemeliharaan. Pemilihan bibit, pemberian pakan, dan pemasaran. Pemasalahan tersebut sering kali menjadi kendala para peternak. Para peternak harus memperhatikan bibit yang akan dipelihara. Banyak macam untuk dapat memilih bibit sesuai dengan kebutuhannya. Pemilihan bibit harus memperhatikan beberapa hal antara lain :
1. Kondisi sehat dan kuat
2. Badan lebar dan dalam
3. Pedagingannya padat dan bentuk badannya kompak
4. Temperamennya aktif, tetapi lembut
5. Kepala lebar, moncong tumpul(Amrun, 2008).
Pemeliharaan sapi potong biasanya berada pada tempat yang tentunya jauh dari pemukiman. Seperti teaching farm yang berada dilingsar, lokasinya berada diluar pemukiman masyarakat. Sheingga tidak mengganggu masyarakat yang ada disana. Selain itu juga yang perlu diperhatikan adalah keamanan sapi dari para pencuri. Factor ini paling dikhawatirkan oleh para peternak. Karena kerap kali menyebabkan kerugian yang besar dalam beternak sapi potong.
Memperhatikan keamanan ternak adalah hal yang utama untuk diperhatikan. Karena kerugian paling besar pada pencurian atau kehilangan ternak. Tidak sedikit biaya yang dihabiskan tiba-tiba ternak hilang karena dicuri. Shingga perlu untuk dijaga. Teaching farm adalah lahan percobaan yang memiliki 3 orang pegawai tetap dan 1 orang pegawai tidak tetap serta diantara pegawai tersebut ada yang menginap di sana. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan terhadap ternak.
Selain keamanan, suhu dan kelembaban lingkungan dan kandang juga sangat perlu diperhatikan. Jika suhu dan kelembaban ternak potong tidak sesuai dengan tingkat adaptasinya, maka ternak akan stress terhadap suhu dan kelembaban yang tidak sesuai tersebut. Maka tingkat produksi dan reproduksitvitas akan menurun dan menyebabakan kerugian pada ternak. Suhu yang dibutuhkan oleh ternak potong adalah suhu yang lebih tinggi dari ternak perah. Namun hanya memiliki selisih bebrapa derajat saja. Demikian pula dengan kelembaban yagn dibutuhkan oleh ternak potong sedikit lebih tinggi dari ternak perah. Hal ini dibutuhkan untuk penyesuaian suhu tubuh terhadap suhu lingkungan.
C. Tatalaksana kandang
Macam kandang yang digunakan adalah kandang terbuka koloni dengan model tail to tail atau saling membelakangi. Kandang semacam ini sebenarnya merupakan kandang yang sangat bagus. Karena dalam pemberian pakan, pembersihan kandang sangat mudah ataupun ketika membersihkan ternak sendiri. Walaupun kandang semestinya harus diisi perekor sapi tapi karena kandang di teaching farm memiliki kapasitas cukup besar, sehingga diisi dua ekor perlokal. Jumlah local yang ada sebanyak 14 lokal namun hanya 6 lokal yang digunakan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan (Prabowo, 2010).
Hartati (2007) mengatakan bahwa Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangakan dalam pembuatan kandang sapi potong, antara lain: teknis, ekonomis, konstruksi kandang, efisien pengelolaan lingkungan sekitarnya. Dalam memilih lokasi kandang, perlu diperhatikan ketersediaan air, dekat dengan sumber pakan, transportasi mudah terutama untuk pengadaan pakan, areal yang ada dapat diperluas.
Dijelaskan lagi bahwa bangunan kandang mempunyai permukaan tinggi dari kondisi disekelilingnya, sehingga tidak terjadi genangan air serta pembuangan kotoran lebih mudah. Kandang tidak berdekatan dengan bangunan umum atau minimal 10 meter. Tidak mengganggu kesehatan, agak jauh dari jalan umum dan air limbah tersalur dengan baik.
Hartati (2007) mengatakan bahwa konstruksi kandan harus kuat, mudah dibersihkan, sirkulasi udara baik, mempunyai tempat penampungan kotoran dan saluran drainasenya lancer. Konstruksi kandang harus mampu menahan benturan dan dorongan yang kuat dari ternak serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Dalam mendesain konstruksi kandang sapi potong harus didasarkan pada agroekosistem wilayah setemapat, tujuan pemelihraan dan status fisiologis ternak.
Model kandang sapi potong didataran tinggi diupayakan agar lebih tertutup guna melindungi ternak dari cuaca dingin, sementara untuk dataran rendah sebaliknya, diupayakan kandangnya terbuka. Tipe dan bentuk kandang berdasarkan status fisiologis dan pola pemeliharaan yang dibedakan yaitu kandang pembibitan, pemliharaan, penggemukan, pembesaran, kandang beranak/menyusui, pejantan dan kandang paksa. Dilanjutkan bahawa lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak terlalu licin, tidak terlalu kasar dan mampu menahan beban yang ada diatasnya. Drainase lantai harus terjaga sehingga untuk kandang non litter harus dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 – 5 % artinya setiap panjang 1 meter, kemiringan lantai kebelakang menurun sebesar 2 – 5 cm. untuk lebih jelasnya akan di tampilkan pada gambar dibawah ini :
D. Tatalakasana pakan
Pakan yang digunakan pada ternak sapi bali hanya menggunakan hijauan yang disabit dari lading penanaman. Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi (Prabowo, 2010).
Sementara itu pemberian makanan supplement atau additive tidak pernah dilakukan. Coordinator petugas teaching farm menjelaskan pemberian makanan supplement atau additive tidak dilakukan karena pihak fakultas tidak pernah memberikan dana untuk hal itu, apalagi untuk yang lain seperti mendatangkan dokter hewan atau lain sebagainya.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dengan jumlah 20 kg per ekor per hari. Jumlah pemberian pakan ini diberikan untuk semua ternak baik anak sapi, sapi dewasa, maupun sapi muda. Sementara pemberian pakan pada ternak sapi harus berdasarkan berat badan. Sehingga kebutuhan antara sapi yang dewasa dengan anak sapi atau sapi muda berbeda-beda. Meskipun anak sapi sudah tercukupi tapi belum tentu induk sapi sudah tercukupi dengan pemberian pakan 20 kg perekor perhari. Karena berat badan sapi dewasa lebih besar dari berat badan anak sapi. Sehingga pemberian pakan ini perlu diperhatikan untuk mempercepat pertumbuhan terenak terutama ternak sapi bali. Walupun demikian, petugas di teaching farm tidak pernah memperhitungkan yang hal tersebut.
Selain itu, pemebrian air minum juga jarang diperhatikan pada ternak sapi. Karena para petugas menganggapnya hal yang tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan atau kecukupan nutrisi sapi bali. Kekurangan pemberian air minum akan mengakibatkan kurang sempurnanya metabolism nutrisi didalam rumen secara kimiawi dan enzimatik. Karena pada tahap tersebut nutrisi tidak akan bisa di katabolisme menjadi nutrisi yang lebih sederhana, sehingga penyerapan atau metabolism nutrisi pakan akan sulit terabsorbsi ke dalam pembuluh darah. Selain itu juga berkurangnya terhadap pemberian air akan mengakibatkan kurang lancarnya pakan yang dialirkan kedalam rumen dari mulut. Karena permukaan rumen tidak licin. Sehingga pemberian air minum sangat perlu diperhatikan.
E. Penanganan reproduksi
Gangguan reproduksi merupakan satu factor yang menyebabakan kurangnya tingkat produksi terhadap semua ternak, terutama ternak potong. Gangguan pada reproduksi adalah masalah serius yang dihadapi oleh peternak. Gagalnya pada penanganan reproduksi ternak potong akan berpengaruh terhadap kerugian secara ekonomi. karena terjadinya kegagalan pada kebuntingan sehingga tidak ada pedet yang dihasilkan.
Penangan terhadap gangguan reproduksi di teaching farm lingsar sangat jarang dilakukan. Karena tidak ada ahli yang bisa menangani hal tersebut. Selain itu, pengawasan terhadap penanganan reproduksi ini sangat kurang. Inilah yang menyababkan populasi sapi bali di teaching farm sangat sedikit. Karena sapi tersebut bisa terjadi gangguan reproduksinya pada saat terjadi pembuahan dan atau bisa terjadi tidak birahi.
Kondisi pakan yang buruk menyebabkan malnutrisi mengakibatkan masa birahi yang lebih pendek, kurang dari 18 hari, dan birahi tenang kurang dari 4 jam. Pada kondisi malnutrisi berat siklus birahi sering tidak disertai dengan pelepasan sel telur dari indung telur, sehingga perkawinan sering tidak menghasilkan kebuntingan bahkan sapi tidak menunjukkan tanda-tanda birahi (Panjitan, 2010).
Gangguan fungsional reproduksi sering disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone. Sista ovarium adalah benjolan berisi cairan didalam ovarium yagn memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran folikel masak sehingga menyebabakan folikel masak terus berkembang dan tidak berovulasi dan tetap tinggal didalam ovarium paling sedikit 10 hari dari hari seharusnya, sehingga ternak tidak birahi atau birahi berkepanjangan. Kondisi ini disebabkan oleh kurang nya leutinizing hormone, merupakan akibat dari kurangnya kandungan nutrisi pakan. Pemberian hormone prostaglandin membantu birahi dan membantu ovulasi menajdi normal kembali (Panjitan, 2010).
F. Tatalaksana kesehatan
Penanganan terhadap kesehatan sangat perlu diperhatikan. Kesehatan adalah factor utama dalam mendukung peningkatan reproduksi dan produktivitas ternak, sehingga sangat perlu diperhatikan. Ternak yang tidak sehat, akan memiliki tingkat produktivitas dan produksi yang rendah bahkan tidak mampu untuk bereproduksi. Ternak semacam ini lebih baik di karantinakan agar penyakit yang menjangkit ternak tersebkut tidak menular keternak yang lain. Sehingga disini sangat perlukandang karantina.
Sementara di teaching farm kandang karantina tidak ada. Padahal daerah tersebut khususnya kandang sapi tersebut sangat cepat akan terjangkit oleh penyakit, karena sangat kotor. Lantai kandang jarang dibersihkan, tempat pakan dan air minum tidak pernah dibersihkan. Salah satu cara untuk mengelola kesehatan adalah denga adanya kandang karantina untuk mengasingkan ternak yag sakit ini merupakan salah satu penangan kesehatan yang sederhana.
Penyakit yang menjangkiti ternak disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah kurangnya terjaga kebersihan, pemberian obat-obatan atau vaksin serta keadaan lingkungan sekitar. Anonym (2010) menyatakan banyak sekali penyakit yang dapat menjangkiti ternak potong seperti penyakit antraks yang disebabkan oleh bacillus antraksis menular melalui kontak langsung, makanan dan minuman, atau pernafasan, sehingga kebersihan tempat pakan sangat perlu diperhatiak guna mencegah penularan penyakit ini. Selanjutnya penyakit mulut dan kuku atau penyakti apthae epizotica (ae), penyakit ini menular melalui kontak langsung, melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman ae. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE). Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan. Mengusakan lantai kandang selalu kering. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
G. KOMPOSISI TERNAK
Teaching farm memiliki berbagai macam jenis ternak yang dipelihara. Mulai dari ternak sapi, kuda, unggas, rusa, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatakan produksi ternak itu sendiri ketika melakukan interaksi antara satu spesies dengan spesies lainnya. Karena setiap makhluk hidup itu saling membutuhkan dan memerlukan terjadinya symbiosis mutualisme. Makhluk hidup memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan tersebut akan dilengkapi oleh makhluk hidup lainnya.
Akantetapi komposisi ternak di teaching farm tersebut jarang diperhatikan tingkat funsi antar spesies seprti bagaimana cara untuk mengurangi kotoran menggunakan ternak yang memakan kotoran atau contoh lainnya. Seperti disebutkan diatas, komposisi ternak di teaching farm terdiri dair sapi, kuda, kelinci dan unggas dengan total keseluruhan 171 ekor. Jumlah ini masih sangat minim jika dibandingkan dengan daya tampung ternak atau luas lahan yang ada di teaching farm lingsar tersebut. Komposisi ternak bisa meningkat jika dilakukan pemeliharaan yang efektif dari masing-masing spesies ternak tersebut guna meningkatkan produksi maupun reproduksi untuk menyeimbangkan interaksi alam yang ada disana.
Dari sekian jenis ternak yang ada diteaching farm, sapi memiliki populasi yang lebih dominan terhadap ternak yang lainnya. Kemungkinan dominannya sapi tersebut karena kebutuhan terhadap sapi lebih banyak dari ternak yang lain. Sehingga sapi lebih banyak diperlihara. Tapi kalau kita larikan kepada keseimbangan alam, mestinya tidak sapi saja yang memiliki populasi yang paling tinggi. Karena ada interaksi alam yang tidak bisa diatasi oleh ternak sapi dan membutuhkan ternak lain seperti kuda atau kelinci. Tapi karena tidak pernah diperhatikan, maka yang dipentingkan adalah sapi lebih banyak untuk dipelihara di teaching farm.

perlu dilakukan peningkatan jumlah terhadap ternak yang ada sekarang. Karena untuk meningkatakan interaksi antar ternak serta pemanfaatan lahan yang masih luas, agar tidak sia-sia perlu ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan komposisi ternak, harus diperhatikan jumlah agar spesies bisa melakukan interaksi alam dengan sempurna. Karena hal ini juga mendukung terhadap peningkatan populasi atau reproduksi dari ternak itu sendiri.
Berdasarkan table diatas juga yang perlu diperhatikan dalam peningkatan komposisi ternak adalah kebutuhan masyarakat terhadap ternak yang dipelihara. Agar masyarakat bisa mendapatkan dengan mudah ternak yang dibutuhkan di teaching farm lingsar. Pelru di ingat bahwa berkurangnya komposisi ternak yang ada ditaching farm lingsar adalah kemungkinan disebabkan karena dana untuk membelia atau memlihara ternak tersebut tidak diberikan oleh pemerintah atau pun piha akademik fakultas peternakan universitas mataram. Padahal peningkatan komposisi ini perlu sekali dalam upaya mendukung tercapainya NTB BSS serta memberikan kesadaran kepada masyarakat dalam upaya pentingnya peternakan dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Hal yang paling penting sekarang adalah bagaimana supaya teaching farm memiliki komposisi ternak yang tinggi agar betul-betul diperhatikan oleh pemerintah atau pihak fakultas sendiri dalam upaya mendukung percepatan NTB Programe. Sementara ini akan siap direlisasikan bahwa peningkatan pengawasan terhadap teaching farm lingsar akan di laksanakan dengan segera. Karena komposisi ternak merupakan pendukung terciptanya fungsi teaching farm lingsar sebagai lahan percobaan dan sumber pembibitan ternak sapi yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah sendiri.
H. PRODUKTIVITAS TENAK
Tingkat perkembangan ternak bisa diketahui melalui produktivitas ternak sendiri. Jika ternak memiliki produktivitas tinggi maka ternak tersebut memiliki tingkat perkembangan yagn tinggi pula. Produktivitas ternak sendiri berkaitan dengan berat badan, pertumbuhan, kesehatan dan lain sebagainya termasuk didalamnya adalah tingkat kemampuan berkembang biaknya.
Salah satu yang bisa dilakukan dalam mengetahui tingkat produktivitas ternak adalah dengan melakukan pengukuran ternak sendiri. Pengukuran pada ternak meliputi pengukuran lingkar dada, pengukuran tinggi pinggul, tinggi gumba, panjang badan, dan lain-lain. Pengukuran ternak untuk mengetahui bagaimana tingkat perbaikan manajemen serta pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam pemeliharaan ternak itu sendiri.
Produktivitas yang rendah dapat disebabkan oleh karena pola pemeliharaan dan manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah, dimana petani ternak belum memperhatikan mutu pakan, tata cara pemeliharaan, perkandangan, penyakit dan lain-lain. Subandriyo (2000) menyatakan salah satu faktor yang mendukung produktivitas adalah fertilitas, dan fertilitas ternak betina akan memberikan hasil yang optimal apabila memperhatikan faktor-faktor seperti: bebas dari penyakit reproduksi, bebas dari masalah pada waktu beranak, bebas dari masalah ketidak seimbangan nutrisi, dan kondisi ternak tidak terlalu kurus atau gemuk. Dalam upaya peningkatan produktivitas dan mutu sapi Bali perlu terobosan teknologi yang bersifat spesifik lokasi dan berwawasan lingkungan. Upaya-upaya peningkatan produktivitas telah banyak dilakukan antara lain dengan perbaikan mutu pakan (Lana. 1992).
I. TATALAKSANA PEMASARAN
Pemasaran adalah proses terjadinya interaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pembeli atau yang membutuhkan atau disebut konsumen dengan orang-orang yang berperan sebagai penjual atau orang yang dibutuhkan atau disebut sebagai produsen. Pemasran adalah salah satu komponen yang sangat penting bagi ternak potong guna mendapatkan keuntungan primer dari para peternak atau perusahaan komersial. Pengaruh pemasaran terhadap keuntungan para peternak sangat besar, karena pemasaran yang menentukan kelancaran jual beli, menentukan harga ternak serta sebagai penentu tingkat kebutuhan konsumen.
Walaupun demikian pentingnya pemasaran terhadap peternakan terutama ternak potong, tidak sedikit peternak yang menghiraukan pemasaran. Tidak terkecuali dengan pengelola teaching farm yang ada dilingsar. Perhatian pengelola teaching farm dilingsar dapat dilihat dari tabel diatas, dimana jumlah ternak yang dibeli sama dengan jumlah ternak yang dijual. Secara logika jumlah ternak diatas sama, maka perkembangan terhadap keberhasilan beternak peternak di teaching farm tidak terlihat atau singkatnya tidak berhasil. Seolah-olah mereka menjual ternak hanya semata-mata untuk membeli ternak saja dan tidak mengharapkan ada penambahan populasi ternak yang dipelihara disana.
Jika ternak yang dijual lebih banya kemungkinan yang ada adalah keberhasilannya menjadi bagus, tapi jika yang dibeli lebih banyak, maka ternak peliharaannya kurang berhasil karena harus diganti dengan ternak yang baru dengan potensi yang lebih baik. Semakin banyak ternak yang dibeli, maka tingkat kerugian beternak di teaching farm akan semakin tinggi. Artinya potensi ternak potong yang ada di teaching farm untuk dijual dan dipotong memiliki kendala dari segi pemeliharaannya. Sehingga ternak potong dapat dijual.
Padahal pemasaran terhadap ternak potong sangat tinggi terutama sapi bali. Sekarang ini terobosan pemerintah sebagai bumi sejuta sapi adalah faktor yang sangat mendukung terhadap keberhasilan para peternak ternak potong serta adanya program nasional yaitu NTB sebagai daerah sumber daging sapi nasional akan mempengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat lokal di Indonesia. Sehingga pemasaran harus diperhatikan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan cita-cita bangsa menuju adil, makmur dan sejahtera.
J. ANALISA EKONOMI
Pentingnya analisa ekonomi dalam beternak ternak potong untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat peternak, untuk mengetahui kelayakan usaha dari budaidaya ternak potong. Dengan demikian analisa ekonomi tidak bisa diremehkan. Dengan analisa ekonomi, berapa pengeluran dan pendapatan kita selama memlihara ternak potong.
Penerapan analisa ekonomi usaha ternak potong yang ada dilingsar masih kurang diterapkan, hal ini bisa terlihat dari data kuosioner yang digunakan untuk praktikum (terlampir). Analisa ekonomi pakan tidak pernah dilakukan menunjukkan bahwa kurangnya perhatian pihak teaching farm terhadap analisa ekonomi pakan tersebut. Terlebih juga analisa terhadap biaya proudksi dan pendapatan dalam beternak yang tidak jelas.
Padahal setiap usaha itu pasti memiliki biaya produksi dan pendapatan. Tapi karena pihak teaching farm tidak memperhaitkan hal tersebut sehingga analisa ekonomi tidak dikethui berapa biaya produksi atau pemeliharaan sereta berapa jumlah pendapatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah
a) Teaching farm memiliki kondisi yang sangat labil, dimana fasilitas perlu direnovasi dan dilengkapi. Pemanfaatan teaching farm harus dimanfaatkan secara penuh.
b) Struktur populasi ternak yang ada diteaching farm masih kurang. Karena daya tampung areal diteaching farm cukup besar serta ditambah dengan ternak yang beragam guna meningkatakan interaksi atau simbiosis mutualisme antar ternak dan alam sekitar.
c) Sapi yang ada di teaching farm dipelihara dengan cara dikandangkan.
d) Kandang yang diguanakan untuk memilhara ternak sapi adalah kandang terbuka koloni dengan model kandan tail to tail. Keadaan kandang sangat kotor, jarang dibersihkan.
e) Ternak sapi diberikan makan 2 kali sehari dengan jumlah pakan 20 kg per ekor per hari. Jenis pakan yang diberikan adalah hijauan saja.
f) Jarangnya dilakukan penanganan reproduksi ternak potong yang ada diteaching farm, karena tidak ada ahli yang bias menangani hal tersebut.
g) Manajemen kesehatan tidak pernah dilakukan karena kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan kesehatan.
h) Komposisi ternak yang ada di teaching farm hanya terdiri dari sapi bali dengan jumlah populasi 10 ekor, kuda sebanyak 9 ekor, ayam sebanyak 150 ekor dan kelinci sebanyak 2 ekor.
i) Produktivitas ternak yang ada diteaching farm rendah sekali sehingga pengelola teaching farm termasuk tidak berhasil dalam memelihara ternak.
j) Pemasaran ternak jarang dilakukan
k) Analisa ekonomi tidak pernah dilakukan karena kurangnya perhatian pengelola teaching farm terhadap analisa ekonomi ini.
Saran
Melihat kondisi teaching farm dari laporan ini maka saya sarankan bahwa teaching farm harus betul-betul diperhatikan baik kondisi fisik maupun kondisi manajemennya. Karena selama ini teaching farm memiliki banyak sekali kekurngan dari segi sistem pemeliharaan ternak disana. Sementara teaching farm adalah laboratorium percobaan yang sangat dibutuhkan oleh pihak fakultas sebagai uji coba teori, dibutuhkan oleh masyarakan sebagai sumber bibit unggul dan sapi potong unggul dan dibutuhkan oleh pemerintah dalam rangka mendukung percepatan program NTB BSS.

DAFTAR PUSTAKA

Amrun, Muhamad. 2008. Manajemen pemeliharaan sapi potong. Internet downloading).
Prabowo, Abror Yudi. 2010. http://sutanmuda.wordpress.com/2008/07/22/budidaya-ternak-sapi-potong-dengan-nutrisi/ diakses pada tanggal 22 Desember 2010
Gubernur NTB, KH. M Zainul Majdi di Mataram. http://bisnisukm.com/ntb-pusat-ternak-nasional.html diakses pada tanggal 28 September 2010
Panjitan, Tanda Sahat. 2010. Petunjuk praktis manajemen umum pembiakan sapi bali. balai pengkajian teknologi pertanian : NTB.
Anonym, 2010. http://www.infoternak.com/sapi-bali diakses pada 10 juni 2010
Lana, Nitis I. M. K., 1992. Pengaruh Suplementasi Konsentrat Terhadap Komposisi Tubuh Sapi Bali. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Hasil Penelitian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Indonesia



LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar