Sabtu, 05 Juni 2010

laporan praktikum ilmu produksi ternak perah

PENDAHULUAN

Latar Belakang


Recording

Sapi perah merupakan sapi yang memiliki produksi utama susu yang dikonsumsi oleh manusia dan didapatkan dengan cara pemerahan. Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas.
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. (Priyono, 2009)
Namun dalam penyeleksian juga perlu dilakukan untuk mendapatkan sapi yang unggul. Salah satu proses tersebut adalah dengan melakukan penilaian (Recording). Dengan cara ini kita bisa menilai sapi yang bagus dan kurang bagus dari bermacam segi.
Sehingga dengan alasan tersebut kiranya perlu dilakukan praktikum recording ini guna memberika pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara melakukan recording yang bagus.

Pemilihan sapi perah
Kualitas sapi perah semuanya berbeda, ada yang excellent, sangat bagus, lebih bagus, bagus, kurang bagus, jelek, dan jelek sekali. Hal ini dipengaruhi oleh banyak sekali faktor seperti pakan, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas sapi perah yang berkaitan dengan produksinya sendiri.
Sebelum kita mengambil keputusan saat memilih sapi perah, sangat perlu kita memilih dengan teliti, agar kita mendapatkan sapi yang memiliki kualitas baik dari segi penampilan, ambing, keharmonisan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah produksi susu, dan masih banyak lagi sisi lain yang perlu kita perhatikan dalam pemilihan sapi perah. Karena adanya perbedaan antara sapi yang satu dengan yang lainnya, maka perlu ada pemilihan terhadap sapi tersebut untuk kita gunakan nantinya.
Oleh karena itu praktikum pemilihan sapi perah sangat perlu kita lakukan untuk mendaptakan pengetahuan cara memilih sapi yang baik sesuai dengan keinginan kita dan mencapai standar yang tinggi. selain itu, mahasiswa juga dapat membedakan sapi yang baik dan sapi yang jelek dari hasil pemilihannya.

Estimasi produksi susu sapi perah
Sementara itu, susu dari hasil pemerahan sapi perah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia secara khusus, dan dunia secara umum. Akantetapi di Indonesia susu merupakan makanan yang jarang dikonsumsi oleh masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu sehingga banyak terjadi gizi buruk, oleh kerena itu pemerintah mengharapkan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah.
Di Indonesia mula-mula susu hanya dikonsumsi oleh orang asing, tapi dengan adanya kesadaran dan ilmu pengatahuan tentang pentingnya susu dalam kehidupan, susu juga dikonsumsi oleh orang Indonesia. Kesadaran akan susu yang memiliki nilai gizi yang tinggi, yang tidak dapat di jauhkan oleh manusia. sehingga hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan susu sebagai minuman harian mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan susu secara Nasional, perkembangan ternak perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan susu secera Nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah. Selain itu peningkatan populasi sapi perah sangat pesat guna menunjang penyuplaian susu yang dihasilakan dari sapi perah sendiri.
Sehingga sekarang ini kita perlu melakukan estimasi terhadap produksi susu sapi perah yang dihasilkan oleh sapi perah sendiri untuk penyuplaian terhadap konsumen. Dengan mengetahui kekurangan atau kelebihan terhadap produksi susu sapi perah, maka kita bisa untuk memberikan solusi agar kebutuhan masyarakat terhadap susu bisa terpenuhi. Melihat konsep diatas, maka perlu kita melakukan praktikum untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang estimasi produksi susu sapi perah per ekor perhari.

Penentuan umur sapi perah
Penentuan umur sapi perah sangat perlu dilakukan, baik sapi yang kita inginkan untuk dijadikan sebagai induk muda (pertama melahirkan) atau umur sapi yang akan kita afkirkan. Karena produksi sapi juga berpengaruh terhadap umur dari ternak sapi itu sendiri.
Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat demikian, untuk tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita ganti dengan ternak yang muda dengan produksi susu yang tinggi.
Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu kita praktikan kepada mahasisiwa. Agar mahasisiwa bahwa penentuan umur terhadap sapi juga berpengaruh terhadap produksi sapi terutama sapi perah. Mahasiswa akan mendapatkan pelajaran langsung dari praktiknya sehingga pemahaman mahasiswa akan lebih cepat terserap.

Penentuan masa laktasi
Masa laktasi adalah masa produksi susu setiap kali melahirkan, yang terjadi selama 10 bulan dengan hitungan bulanan. Masa laktasi ini bisa kita ketahui dengan menghitung produksi laktasi per hari dan dikalikan dengan jumlah hari selama sebulan tersebut.
Masa laktasi ini dipengaruhi oleh banyak sekali factor, sehingga untuk mengetahui factor-factor tersebut perlu kita lakukan praktikum untuk mengetahuinya.



Pengaturan pemerahan dan perkwinan
Sapi pada umumnya diperah dalam dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari tetapi dapat juga diperah tiga kali sampai mepat kali, hal ini tergantung dair kemampuan produksi sapli yang berangkutan, makanan dan pemeliharaan.
Makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat meningkatakan produksi susunya.
Melihat begitu pentingnya pengaturan terhadap pengaturan perkawinan serta pemerahan, maka sangat perlu kita melakukan praktikum. Selain berguna untuk diterapkan, mahasiswa juga mampu untuk memprediksi kapan waktu yang cocok untuk dikawin dan diperah.

Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
Acara I. Pembuatan catatan (Recording) pada sapi perah
Adapun Tujuan dan Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Catatan silsilah
Tujuan :
a. Untuk mengetahui asal-usul ternak.
b. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai sapi-sapi perah yang ada di BIB Banyu Mulek.
c. Untuk mengetahui ternak mana yang bagus untuk dijadikan bibit.
Kegunaan :
a. Catatan silsilah ini sangat bermanfaat bagi peternak ataupun masyarakat dalam melangsungkan usahanya.
2 Reproduksi atau perkawinan ternak ( Breeding Record )
Tujuan :
a. Meningkatkan jumlah sapi yang beranak.
b. Meningkatkan calving interval
Kegunaan :
a. Untuk mendiagnosa ternak-ternak yang infertil untuk segera di culling atau dikeluarkan.
4. Catatan Produksi susu ( Milk Production Record )
Tujuann :
a. Untuk mengetahui kemampauan ternak dalam menghasilkan air susu.
b. Untuk mengetahui tinggi rendahnya produksi susu.
c. Untuk mengetahui tingkat produksi susu yang dihasilkan oleh seekor ternak perhari.
Kegunaan :
a. Dengan catatan produksi susu kita dapat mengetahui ternak-ternak yang produktif atau tidak produktif.
b. Dengan mengetahui tinggi rendahnya produksi susu kita mudah untuk menyesuaikan pemberian jumlah ransumnya.
c. Dapat dengan cepat mengetahui ternak yang sakit,sehingga segera dapat diobati.
4. Catatan kesehatan ( Health Record )
Tujuan:
a. Untuk mengetahui ternak-ternak mana saja yang sakit.
Kegunaan :
a. Untuk membantu peternak dalam menghambat tersebarnya penyakit.
b. Untuk mengetahui ternak mana saja yang sehat dan tidak pernak atau terjangkit oleh penyakit
5. Catatan Pemberian Pakan ( Feeding Record )
Tujuan :
a. Untuk mengetahui jenis pakan yang diberikan pada sapi perah.
b. Untuk mengetahui jumlah pakan yang diberikan pada sapi perah.
Kegunaan :
a. Dengan pemberian pakan yang berkwalitas dapat menghasilkan produksi susu yang meningkat
6. Catatan penjualan susu
Tujuan :
a. Untuk mengetahui keuntungan dari penjualan susu yang dihasilkan oleh sapi perah.
b. Untuk mengetahui berapa jumlah susu yang terjual
Kegunaan :
a. Dengan penjualan susu dapat diperoleh pendapatan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi peternak.
b. Untuk memberikan kepuasaan kepada konsumen atau pelanggan
7. Catatan Pelanggan susu.
Tujuan :
a. Untuk mengetahui berapa jumlah pelanggan atau pembeli
Kegunaan :
a. Untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan yang memesan susu.
b. Untuk memberikan gizi kepeda masyarakat.
8. Catatan penggunaan susu
Tujuann : Untuk dikonsumsi dan dilual ke konsumen.
Kegunaan : Untuk memperbaiki sumber protein hewani masyarakat.
9. Catatan Anak/ pedet
Tujuan : Untuk mengetahui berapa jumlah anak atau pedet yang ada di BIB Banyu Mulek
Kegunaan : Agar praktikan dapat mengetahi anak atau pedet yang dapat dijadikan bibit
10. Catatan Pertumbuhan Ternak ( Groweth Record )
Tujuan : Untuk mengetahui pertambahan bobot badan ternak
Kegunaan : Dengan pertumbuhan yang bagus maka dapat mempercepat ternak menjadi dewasa.
11. Catatan jumlah kepemilikan ternak
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah pemilik ternak
Kegunaan : Untuk menyesuaikan jumlah ternak dengan jeulah peternak.

Acara II. Pemilihan sapi perah berdasarkan placing dan scoring (Judging)
Adapun Tujuan dan Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
Tujuan :
a. Untuk menilai sapi mana yang paling baik produksi susunya
b. Untuk memilih ternak –ternak yang mempunyai penampilan ekterior yang bagus
c. Sebagai alat bantu pelaksanaan progra seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak.
d. Memberikan penilaian secara langsung terhadap ternak
Kegunaan :
a. Hasil praktikum dapat dijadikan landasan penting dalam program pengemabangan dan peningkatan hasil produksi sapi perah
b. Hasil praktikum ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memilih sapi-sapi perah yang bagus.
c. Untuk mengetahui mana ternak yang mempunyai penampilan ektrior yang bagus.
d. Untuk membedakan mana ternak yang mempunyai performens yang baik dan jelek

Acara III. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi susu perbulan dan perlaktasi
Tujuan :
a. Untuk mengetahui persentase produksi susu yang dihasilkan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya produksi susu.
Kegunaan :
Dengan mengetahui estimasi produksi susu dapat mengetahui jumlah produksi susu untuk selanjutnya
Acara IV. Penentuan umur tenak dengan cara melihat dan memperhatikan perubahan gigi permanen ternak.
Tujuan :
a. Untuk mengetahui perubahan gigi permanen ternak dengan demikian kita dapat mengetahui berapa umur ternak.
b. Untuk mengetahui berapa jumlah gigi yang beruabah.
c. Untuk mengetahui kapan ternak di replacement.
d. Untuk menentukan kemampuan produksi susu.
e. Dengan mengetahui umur tyernak kita dapat menentukan berapa kebutuhan pakan per hari, per bulan ataupun per tahun.
Kegunaan :
Dengan mengetahui umur ternak dapat diperkirakan kapan ternak dikawinkan,dan berapa kali ternak tersebut melahirkan, dan kita juga bisa membuka mulut ternak dengan bengitu kita tahu berapa gifgi yang berubah.

Acara V. Penentuan periode laktasi ternak
Tujuan : Untuk mengetahui kapan ternak tersebut laktasi untuk menghasilkan susu.
Kegunaan : Dengan mengetahui kapan ternak tersebut laktasi maka kita dapat memperkirakan kapan ternak tersebut dikawinkan

Acara VI. Pengaturan Pemerahan & perkawinan
Tujuan :
a. Untuk mengetahui cara pengaturan pemerahan yang dilakukan oleh para petugas yang ada di BLPKH Banyu Mulek
b. Untuk mengaetahui pengaturan perkawinan pada sapi perah
c. Untuk mengetahui tehnik-tehnik pemerahan dan perkawinan

Kegunaan :
a. Sebagai alternatif untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang pemerahan dan perkawinan





TINJAUAN PUSTAKA
Recording
Recording (catatan produksi) adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh peternak untuk mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Pada bidang usaha peternakan program ini diterapkan hampir pada semua sektor usaha ternak mulai ternak unggas (layer, broiler, penetasan), ternak potong (sapi perah, sapi potong, kambing dan domba), dan aneka ternak seperti kelinci dan lainnya. Recording ini berfungsi untuk :
a. Mengetahui jumlah populasi akhir. Dengan diketahuinya populasi akhir kita juga akan mengetahui jumlah ternak yang mati, hilang, dan sebagainya selama masa pemeliharaan.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tata laksana yang sedang dilaksanakan. Seperti tingkat pertambahan berat badan (PBB), Feed Consumtion Rate (FCR), jumlah produksi, kesehatan ternak.
c. Sebagai langkah awal dalam menyusun rencana jangka panjang.
d. Bagi pemerintah berguna untuk penyusunan kebijakan dalam bidang peternakan seperti apakah diperlukan import untuk pemenuhan kebutuhan sehingga produksi tetap seimbang.
Mempermudah peternak melakukan evaluasi, mengontrol dan memprediksi tingkat keberhasilan usaha.
e. Bagi perguruan tinggi data recording bisa sebagai bahan penelitian.
(Anonim, 2008).

Sapi FH mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis sapi lainnya yaitu : Bulunya berwarna hitam dengan bercak putih. Bulu ujung ekor berwarna putih. Bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah. Mempunyai ambing yang kuat dan besar. Kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan. Pada jenis Brown Holstein, bulunya berwarna cokelat atau merah dengan putih (Masyadi, 2010).
Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Salah satu bangsa sapi perah yang terkenal adalah Sapi perah Fries Holland (FH). Sapi ini berasal dari Eropa, yaitu Belanda (Nederland), tepatnya di Provinsi Holland Utara dan Friesian Barat, sehingga sapi bangsa ini memiliki nama resmi Fries Holland dan sering disebut Holstein atau Friesian saja (Masyadi, 2010).
Menurut Supiyono (1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari suatu ternak. Sesuai tujuan pemeliharaan sekaligus untuk menilai tingkat pemurnian bangsa ternak dan merupakan alat bantu pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan mutu genetik kelompok ternak. Penentuan atau peramalan prestasi dari suatu ternak harus memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Konstitusi tubuh
Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak, dengan cara membandingkan bentuk-bentuk dari suatu bagian. Letak bagian tersebut dibandingakan dengan bentuk yang umum, serta membandingkan hubungannya dengan bagian lain. Hal ini harus memberikan gambaran yang harmonis agar dapat menunjukkan prestasi produksi yang optimum.
2. Temperamen
Merupakan sikap atau tingkah laku alami dari seekor ternak, sekaligus menyangkut juga kemungkinan ada atau tidaknya penyakit atau cacat tubuh yang terdapat pada seekor ternak. Perbedaan temperamen akan menyebabkan perbedaan pula di dalam mengelola ternak-ternak tersebut supaya ternak mampu memberikan produksi secara maksimal
3. Kondisi Tubuh
Merupakan keadaan sehat atau tidaknya, gemuk atau kurusnya, cacat tubuh baik cacat genetik maupun cacat yang bersifat mekanik termasuk disini adanya cacat tersembunyi. Kondisi ternak sangat berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan untuk berproduksi secara maksimal. Cacat genetik adalah cacat yang terjadi akibat faktor genetik misalnya testisnya hanya satu, lambung hanya satu dan sebagainya. Cacat mekanik adalah cacat tubuh yang disebabkan karena faktor luar, antara lain tubuh, kanibalisme, kaki pincang, kulit luka dan sebagainya.
Tilik ternak dalam meramalkan prestasi produksi selain ketiga hal diatas juga di dasari :
1. Marfologi Tubuh
Merupakan bentuk secara umum seekor ternak di kaitkan dengan tujuan pemeliharaan ternak. Contoh untuk ternak perah, bentuk umumnya harus segitiga apabila dilihat dari samping sedangkan untuk ternak daging bentuknya harus segi empat apabila dilihat dari samping. Untuk ternak dual purpose (Dwiguna) yaitu merupakan ternak perah dan daging maka marfologi tubuh merupakan bentuk kombinasi antara segitiga dan segi empat.
2. Tingkat Kemurnian bangsa.
Tingkat kemurnian bangsa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam menduga kemampuan berproduski ternak pada sekelompok ternak yang tergolong bangsa murni (Pure breed) akan mampu berproduksi secara maksimal apabila dikelola secara memadai, sedangkan untuk sekelompok ternak yang tingkat kemurnian bangsanya rendah (sering disebut bangsa peranakan atau turunan) akan berproduksi lebih rendah apabila dibandingkan dengan sekelompok ternak yang tergolong bangsa murni (Pure breed) (Anonim, 2010.)

Pemilihan sapi perah
Sapi FH merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak lebih rendah dibandingkan bangsa sapi perah lainya. Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg//ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Masyadi, 2010).
Memilih ternak sapi perah dilakukan dengan tujuan untuk memilih bibit yang ideal. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan pada kondisi dan postur tubuh sapi. Pengamatan yang dilakukan ini harus didasari oleh : pengetahuan, ketrampilan, rasa percaya diri serta komunikasi dengan sesama praktisi.
Oleh sebab itu, untuk menilai ternak diantaranya harus mengenal bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya, bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi yang akan dihasilkannya. Kondisi bagian-bagian tubuh tersebut diantaranya:
Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa dihirup melalui nafasnya. Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.
Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga bagian tubuh depan sapi.
Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah menandakan lemahnya tubuh secara umum. Bokong / Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing. Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak. Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.
Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah. Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.
Body Capacity : mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam dada sapi.
Ambing : Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan (Masyadi, 2010).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji, (e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g) tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e) jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat. Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4- 5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, (h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya (Anonim, 2010.).

Pemeliharaan kaki yang teratur terutama pada sapi tua dan besar akan mengurangi radang kuku, pincang, dan kelinan kaki lainnya. Kuku sapi yang dikandangkan cepat tumbuh panjang dan membentuk penebalan pada bagian dasarnya. Akibatnya berat badan sapi akan menekan lutut dan tumit, dan hal ini akan menembah setres bagi sapi. Bila hal ini kan berlansung lama akan memperpendek masa produksi sapi perah. Disamping itu juga akan menyulitkan sapi perah pada sat melakukan perkawinan secara alami, karena sapi tersebut tidak mampu menekan berat badan pejantan,. (Suharno, 1994).

Estimasi produksi susu sapi perah
Setiap hari sapi harus dibersihkan,dan disikat pada saat memandikan sapi,terutama pada saat menjelang memerah susunya. Di samping harus disikat sewaktu-waktu rambut panjang disekitar lipat paha dan ambing perlu dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tujuan utamanya yaitu agar air susu yang dihasilkan benar-benar bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok,disamping itu untuk menjaga agar sapi tetap sehat karna respirasi kulit sapi dapat berlangsung secara baik dan lancar sebagai respon dari metabolosme tubuh yang baik,(Asih,2004).
Air susu sangat sensitive, baik terhadap kotaminasi bakteri maupun terhadap bau-bauan, disekitarnya. Oleh karena itu sebelum pemerahan, sapi harus dimandikan dan disikat terutama pada bagian ambingny. Lantai kandang juga harus dibersihkan dari kotoran atau sisa makanan yang berbau. Peralatan harus sudah dibersihkan pulasebelum pemerahan dimulai. Setelah sapi dimandikan sebelum pemerahan dilakukan, ambing sapi harus dicuci dengan memakaiair hangat, dengan maksud : (1) menstimuler keluarnya air susu (2) mengurangi kontaminasi pada air susu (3) mengurangi timbulnya penyakit mastitis yang dapat mengurangi produksi susu sekitar 20-30 %. (Asih. 2004).
Rangsangan terhadap ambing sebelum dan selama pemerahan akan mempengaruhi produksi dan komposisi air susu. Suatu rangsangan yang menyenagkansepertitindakan tindakan yang tidak menyakitkan, mengejutkan, menimbulkan rasa nyaman dan tenang,akan memudahkan ambing melepaskan air susu. Sebaliknya tindakan-tindakan yang menimbulkan stress akan menimbulkan hambatan dalamproses pemerahan. Sehingga air susu dalam ambing tidak terperah sempurna,dalam ambing masih banyak tertinggal susu. Peristiwa ini akan mengakibatkan sekresi air susu berikutnya terhambat,dan bahkan mengakibatkan kemerosotanproduksi yang permanent untuk seluruh masa laktasi (AAK,1982).
Wikantadi (1977) mengatakan bahwa lemak susu merupakan komponen susu yang paling beragam. Sebagaian lemak susu terdiri dari trigliserida. Bahan pembentuk lemak susu yang utama adalah glukosa, asam asetat, asam beta-hidroksibutirat, trigliserida dari kilomikra (chylomicra) dan low density lipoprotein serta darah. Tujuh puluh lima persen hingga sembilan puluh persen dari asam lemak berantai pendek (C4 – C14) dan 30% dari asam asetat. Secara keseluruhan diduga 30% dari atom C yagn terdapat dalam lemak susu berasal dair asam asetat dan sisanya dari asam-asam lemak. Asethyl Co-A yang digunakan oleh kelenjar susu ternak ruminansia untuk penyusun lemak susu dibentuk terutama dari asetat yagn ada dalam sitoplasma.
Zat-zat makanan yang sangat dibutukkan oleh sapi perah adalah energi, (terutama terdiri dari unsure lemek dan karbohidrat), Protein, mineral, vitamin dan air. Kelima macam nutrisi ini adalah untuk kebutuhan kesehatan sapi yang normal dan berproduksi. Sedang bebrapa unsur tertentu hanya diperlikan dalm jumalh yang kecil, misalnya mineral dan vitamin. Air dan energi diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada bagian yang lain. Jika kebutuhan energi tidak tercukupi maka fungsi unsure-unsur tidak berfungsi banyak. Energi sangat mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan, (AAk, 1995).

Penentuan umur sapi perah
Untuk mengetahui umur sapi dapat dilakukan dengan melihat gigi. Pergantian gigi seri yang pertama, ialah yang paling tengah, terjadi pada umur 2 sampai 2 ½ tahun. Pergantian gigi seri yang kedua (kanan kiri dari yang pertama) terjadi pada umur 3 tahun. Pergantian gigi seri yang ketiga (sebelah menyebelah dari yang kedua), terjadi pada umur 4 tahun. Terakhir pergantian gigi seri keempat ialah yang paling luar terjadi pada umur 4 ½ tahun (Sasroamidjo, 1989).
Menurut Poespo (1986) penafsiran umur dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut: (1) Recording yaitu dengan mencatat berulang-ulang mengenai sapi yang bersangkutan sejak dari lahir sampai mati, (2) wawancara dengan peternak, (3) mengamati tali pusat bila tali pusat mulai mengering maka umur sapi tersebut adalah antara 4-5 hari dan berumur 143 hari bila tali pusat sudah kering, (4) dengan melihat pertumbuhan tanduk.
Apabila diberi makanan yagn baik, sapi dara akan mencapai berat yagn cukup untuk dikawinkan pada umur 15 bulan, sehingga pada umur 2 tahun sudah dapat melhirkan anak pertama. Namun peternak ada yagn mengawinkan sapi daranya pada umur 26-28 bulan, sehingga baru beranak pada umur 3 tahun. Petenak demikian praktis akan mengluakan biaya yagn lebih banyak sebelum sapi tersebut berproduksi (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).

Penentuan masa laktasi
Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah (Priyono, 2009).
Produksi seekor sapi dipengaruhi oleh lingkungan, genetik serta interaksi antar agenetik dan lingkungan. Rata-rata produksi air susu 80% dipengaruhi lingkungan dan 20% genetik. Laktasi pertama seekor sapi adalah hal yang penting. Dari sejumlah penenlitian menunjukkan bahwa sapi yagn mempunyai produksi pertama tinggi maka sapi ternsebut cenderung memiliki masa produksi yang lebih panjang dan total produksi yang lebih tinggi (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).
Selanjutnya diterangkan lagi bahwa sepanjang hidup seekor sapi perah mengalami beberapa kali masa produksi atau masa laktasi. Dalam tiap masa produksi terbagi dalam beberapa periode persiapan kawin (service periode), periode kebuntingan (gestation period), perio9de kering kandang (dry period) dan periode laktasi (lactation period). Keseluruhan periode tersebut beraeda dalam satu kurun waktu dair sejak beranak sampai ke beranak kembali yang disebut calving interval (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).
Persentase kadar lemak air susu mulai menurun setelah satu sampai dua bulan sehabis sapi beranak. Tiga sampai empat bulan laktasi kadar lemak relatif konstan. Kemudain pada akhir laktasi kadar lemak ari susu akan sedikit meningkat.

Pengaturan pemerahan dan perkwinan
Sapi pada umumnya diperah dalam dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari tetapi dapat juga diperah tiga kali sampai mepat kali, hal ini tergantung dair kemampuan produksi sapli yang berangkutan, makanan dan pemeliharaan.
Makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat meningkatakan produksi susunya (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).
Ditambahkan lagi dari sumber yang sama bahwa terjadinya kenaikan produksi air susu dengan penigkatan frekuensi pemerahan ini dapa diternakgan dengan dua prinsip yaitu : 1. Karena adanyatekanan hydrostatik dari air susu dalam alveol; dan 2 karena adanya rangsangan neurohormonal. Dengan bertambahnya umur sebaikanya frekuensi pemeraha dikurangi, karena dentgan bertambhanya umur produksi air susu semakin menurun.
Siklus estrus adalah interval dari tanda-tanda peratama kesanggupan menerima seksual hingga permulaan estrus berikutnya. Rata-rata periode birahi pada sapi perah adalah 21 hari. Bervariasi antara 17 sampai 6 hari. Rata-rata lamanya birah8i adalah 18 jam untuk sapi dewasa dan 15 jam untuk sapil dara. Dengan variasi antara 6- 36 jam (staf bagian ilmu produksi ternak perah, 1980).
Waktu yagn tepat untuk mengawinkan sapi agar memperoleh prosentas kebuntingan yang tinggi, mengwinakan sapi haruslah tepat pada wkatunya. Sebagai pedoman adalah :
Tabel 1. Waktu yang tepat untuk mengwinkan sapi
Birahi Dikwinkan Keesokan harinya
Pagi hari (sebelum jam 12) Hair itu juga (pagi, sore, malam). Sudah terlamabat
Sore hari( sesudah jam 12) Hari itu juga sore dan malam Sebelum jam 12
Sumber : Buku Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980
Perkawinan dapat secara alam dengan menggunakan pejantan atau dengan inseminasi buatan (artificial insemination).
Untuk kberehasilan perkwinan buatan, ada empat faktor yang harus diperhatikan :
1. Sapi betina yang sehat
2. Waktu yang teapt untuk dikawinkan
3. Kualitas semen
4. Pengalaman inseminator
Pada umumnya, apabila keempa tfaktor tersebut dipenuhi maka kebuntingan akan berhasil dengan tidak lebih dari dua kali perkawinan (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).



























MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

Materi Praktikum
Acara I. Pemilihan sapi perah baik
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Lembar Kerja.
b. Pensil.
c. Penggaris.
d. Papan jalan.
e. Kamera.
f. Tabel penilaian
2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Sapi
Acara II. Recording /PencatatanSapiPerah
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Lembar Kerja. h. Data Produksi Susu
b. Pensil i. Data Silsilah Ternak
c. Penggaris j. Catatan Penjualan Susu
d. Papan jalan k. Catatan Penggunaan susu
e. Data kesehatan ternak l. Data Reproduksi / Perkawinan ternak
f. Catatan pelanggan susu m. Catatan Pertumbuhan ternak
g. Catatan pemberian Pakan

2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Sapi
Acara III. Penentuan masa laktasi ternak
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Buku tulis
b. Pensil
c. Penggaris
d. Papan jalan
2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Sapi
Acara IV. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi susu perbulan dan perlaktasi
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Buku tulis
b. Pensil
c. Penggaris
d. Papan jalan
2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Sapi.
Acara V. Penentuan periode laktasi ternak
1. Alat-alat yang digunakan:
e. Buku tulis
f. Pensil
g. Penggaris
h. Papan jalan
2. Bahan-bahan yang digunakan
a. Sapi
Acara VI. Pengaturan Pemerahan & Perkawinan
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Buku tulis
b. Pensil
c. Penggaris
d. Papan jalan
e. Lembar kerja
2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Sapi

Metode Praktikum
Adapun metode praktikum sebagai berikut :
Acara I. Pemilihan sapi perah yang baik
a. Memilih bangsa-bangsa ternak yang mempunyai performans penampilan yang baik
b. Mengambil gambar ternak dengan menggunakan kamera secara keseluruhan dari samping,dan belakang
c. Menilai ternak berdasarkan keadaan umum,sifat perahan,kapasitas tubuh,dan sistem ambing
d. Membandingkan hasil penilaian ternak antara ternak yang satu dengan ternak yang lainnya
Acara II. Recording / Pencatatan Sapi Perah
a. Mencatat jumlah ternak keseluruhan
b. Mencatat silsilah ternak
c. Mencatat produksi susu
d. Mencatat kesehatan ternak
e. Mencatat pemberian pakan
f. Mencatat penjualan susu
g. Mencatat pelanggan susu
h. Mencatat penggunaan susu
i. Mencatat jumlah pedet,induk dewasa,sapi dara,pejantan dewasa
j. Mencatat pertumbuhan ternak
k. Mencatat jumlah kepemilikan ternak
Acara III. Penentuan masa laktasi ternak
a. Menentukan umur ternak
b. Mencatat umur kebuntingan ternak
c. Mencatat priode laktasi
Acara IV. Estimasi Produksi susu berdasarkan perbandingan % produksi susu perbulan dan perlaktasi
a. Mencatat produksi susu Perbulan dan perlaktasi
b. Membandingkan peroduksi susu perbulan dan Perlaktasi
Acara V. Penentuan Periode laktasi ternak
d. Menentukan umur ternak
e. Mencatat umur kebuntingan ternak
f. Mencatat priode laktasi
Acara VI. Pengaturan Pemerahan & Perkawinan
a. mencatat jumlah ternak yang terdapat di dinas peternakan
b. mengatur pemerahan dan perkawinan
Tempat dan waktu prkatikukm
Praktikum ini bertempat di BIB Banyumulek (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi NTB), Lombok Barat. Pada tanggal 28 mei 2010 jam 06.00 Wita.





















HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum lanjut menju hasil dan pembahasan, kami akan menunjukkan gambar kandang serta posisi sapi yang kami amati atau nilai.
Gambar 1. Kandang serta posisi sapi yang dinilai















Keterangan Gambar :
No. 1 sapi pertama, no.2 sapi kedua, no. 3 sapi ketiga, no. 4 sapi keempat, no. 5 sapi ke lima, no. 6 sapi ke enam, no. 7 sapi ketujuh, no. 8 sapi ke delapan, no. 9 sapi ke sembilan, no. 10 sapi kesempuluh.

Acara I. Recording pada sapi perah
1. Table 2. Catatan reproduksi/ perkawinan (breeding record)
Sapi Lahir Kawin
Melati 27 November 2003
31 Agustus 2005
06 Desember 2007 15 Desember 2004
25 November 2005
25 Februari 2007
Tulip 09 Maret 2004
29 Agustus 2005
12 Mei 2007
12 Desember 2004
15 September 2006
Anggrek induk 12 Maret 2004
22 Agustus 2006
01 Desember 2005
Persik 14 Februari 2004
15 Oktober 2005
19 Desember 2006 -
06 Februari 2005
10 Mei 2005

Sumber : Buku catatan sapi perah BIB Banyumulek
Data ini merupakan data yang diambil dari buku catatan kelahiran dan perkawinan di BIB Banyumulek, sehingga data sapi yang kita praktikkan untuk saat ini belum bisa kita jelaskan secara detail. Karena catatan untuk tahun 2008 sampai 2010 tidak ada. Oleh karena itu, catatan yang disajikan merupakan catatan yang tidak bisa kita gunakan sebagai patokan produksi ternak untuk tahun ini.
Sebagaian dari ternak ini juga ada yang mati, sehingga produksi populasi secara otomatis akan berubah dari tahun 2008 hingga tahun 2010.
2. Table 3. Catatan produksi susu
Bulan Nama sapi
Desember Persik Melati Anggrek 1 Anggrek 2 Tulip Anggrek
74 104 115 _ 71 106
Sumber : Buku catatan sapi perah BIB Banyumulek.
Data ini juga diambil dari buku catatan produksi susu ternak sapi perah BIB Banyumulek. Tahun pencatatan ini adalah tahun 2009, karena catatan tahun 2010 untuk produksi susunya juga tidak ada.
Akantetapi kita mengambil akhir dari tahun 2009 agar mendekati tingat produksi susu pada tahun 2010. sehingga dengan melihat data diatas, rata-rata produksi susu dari ke 5 sapi tersebut untuk tahun 2010 adalah 94 liter per bulan.
3. Catatan kesehatan (health record)
Untuk catatan kesehatan,kami tidak mendaptakannya. Karena pada buku catatan tidak terdapat catatan tentang kesehatan ternak tersebut. Akantetapi kami mendapatkan informasi dari karyawan yagn bekerja di BIB Banyumulek bahwa semua sapi pernah mengalami sakit. Penyakit yang dialami sangat banyak, namun yang diketahui oleh karyawan tersebut adalah penyakit ingusan atau influenza.
Hal yang menyebabakan terjadinya berbagai macam penyakit adalah karena kurangnya perawatan atau manajemen kesehatan. Terutama jarangnya dilakukan vaksin terhadap sapi-sapi yang ada. Akantetapi yang lebih banyak dilakukan adalah pengobatan ketika sapi sudah terserang dari penyakit tersebut.
4. Catatan pemberian pakan
Pakan yang diberikan pada sapi-sapi perah di BIB Banyumulek adalah
a. Hijauan yang terdiri dari
rumput gajah (20 kg), kering fermentasi kadang-kadang diberikan, silase kadang -kadang diberikan, legum,dll.
b. Konsentrat yang terdiri dari :
jagung kuning, wheat bran, SBM, tetes, palm olein, pelet atau butiran.
Sementara komposisi dari konsentrat yang diberikan untuk umur 1 tahun atau bisa dikenal dengan susu A, adalah : air (maks. 12%), protein kasar (min. 16%), lemak kasar (3-7%), serat kasar (maks. 8%), abu (10%), kalsium (0,9-1,2%), phosphor (0,6-1,0%).
Konsentrat yang diberikan pada sapi perah ini memiliki jumlah protein yang sangat tinggi, namun persentase energinya sangat rendah. Sehingga konsentrat yagn diberikan pada sapi perah ini kurang cocok untuk sapi potong yang banyak membutuhkan energi. Karena hal ini akan mempengaruhi metabolisme dari sapi potong untuk absorbsi nutrisi yang menjadi pembentukan dagingnya. Oleh karena itu pakan sapi perah berbeda dengan pakan sapi potong terutama dari konsentrat yang diberikan.
9. Catatan anak atau pedet
Table 4 berikut adalah hasil pencatatan pedet dari total populasi sapi yaitu sebanyak 29 ekor. Yang terdiri dari :
No. Keadaan sapi Jumlah (ekor)
1 Jlh. Keseluruhan PFH di BIB Banyumulek 29
2 Jumlah sapi dewasa betina 10
3 Jumlah sapi dewasa jantan 2
4 Jumlah sapi betina muda 4
5 Jumlah sapi jantan muda 7
6 Jumalh anak sapi betina -
7 Jumlah anak pedet sapi jantan 6
8 Jumlah anak yang baru lahir dan jenis kelamin 6
9 Jumlah keseluruhan sapi betina PFH 14
10 Jumlah keseluruhan sapi perah PFH jantan 15
11 Jumlah keseluruhan sapi 29
Sumber : Kelompok III
Dari data diatas, kita bisa mengetahui bahawa jumlah anak sapi PFH dari total populasi 29 sapi di BIB Banyumulek adalah 06 ekor yang kesemuanya adalah jantan. Sementara untuk untuk pedet betina tidak ada kami dapatkan, karena kemungkinan peluang kelahiran untuk sapi betina sangat kecil, walaupun peluang itu sama-sama memiliki setengah (50%). Akantetapi penyebab dari peluang kelahiran ini juga dipengaruhi oleh pH induk yang kemungkinan lebih tinggi pH pada kromosom xy yang nantinya akan melahirkan pejantan.

Acara II. Pemilihan sapi perah
Gambar pemilihan sapi yang baik berdasarkan penampilannya
a. General apperance (penampilan umum)

















b. Perbandingan ambing samping















c. Perbandingan ambing dari belakang










e. Perbandingan bagian atas










Dari hasil penilaian, yang paling bagus atau yang paling tinggi nialainya sampai yang terendah adalah sebagai berikukt :

Tabel 5. Nilai sapi dari tertinggi sampai terendah.
No. Kode Sapi Total nilai
1 5 76
2 4 dan 2 72
3 3 70
4 1 67
Sumber : Kelompok III
Hasil penilaian ini diambil dari penilaian secara keseluruhan yang kemudian mendapatkan skor tertinggi. Sementara untuk klasifikasi dari masing masing peringkat tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu baik dan sedang. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 6. Kategori sapi berdasarkan peringkat.
Kode sapi Nilai kategori
5 76 Baik
4 dan 2 72 sedang
3 70 sedang
1 67 sedang
Sumber : Kelompok III
Kemudian setelah dilakukan nya penilaian secara keseluruhan dialnjutkan dengan penilaian bagian tubuh yang menghasilakan data sebagai berikut :
Tabel 7. Penilain bentuk tubuh
No. Bagian yang dinilai Sapi yagn dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tl. punggung 1 1 2 1 1 3 2 2 1 3
Tl rusuk bag. bawah 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3
Tl. rusuk bag. Dalam 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3
Pangkal ekor 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1
Paha 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3
Keadaan umum 3 3 3 3 1 3 3 3 2 4
Total 11 13 15 14 9 16 16 14 9 17
Rata-rata 1,84 2,13 2,5 2,33 1,5 3 3 2,33 1,5 2,83
Sumber : Kelompok III
Berdasarkan data dari tabel diatas bahwa yang paling tinggi nilainya adalah no. 10, sementara dengan rataan yang paling tinggi adalah no.6 dan no.7. berarti ini menandakan bahwa kelas dari ternak sapi yang berada di banyumulek tidak ada yang memiliki kategori yang sangat bagus. akantetapi hanya berada pada kisaran baik dan sedang.

Acara III Estimasi Produksi Susu
Dari hasil praktkum kami mendapatkan data bahwa produksi susu sapi perah di BIB Banyumulek dari bulan desember tahun 2010 di tunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8. Produksi susu Bulan Desember tahun 2009
Bulan Nama sapi
desember Persik Melati Anggrek 1 Anggrek 2 Tulip anggrek
74 104 115 _ 71 106
Sumber : Buku catatan produksi susu sapi perah bib banyumulek.

Pada saat Bulan Desember diketahui bahwa terdapat 5 ekor sapi perah yang memproduksi susu dari 6 ekor sapi perah yang terdapat di BIB Banyumulek. sapi yang tidak memproduksi susu pada bulan desember tersebut dikarenakan karena dia tidak melahirkan pada tahun 2009. sehingga tidak menghasilkan air susu dan tidak diperah.
Berdasarkan estimasi yang kami lakukan dari empat ekor sapi yang memproduksi susu dengan produksi susu berbeda-beda. untuk lebih jelasnya kami akan meberikan data sebagai berikut :
Tabel 9. Produksi 4 ekor sapi perah di BIB Banyumulek.
Kode sapi Prod. susu perhari
(liter) Prod. susu perbulan (liter/bulan) Prod. susu perlaktasi (liter/laktasi)
Sapi I 5,7 171 2138
Sapi II _ _ _
Sapi III 4,83 144,9 2415
Sapi IV 6,5 195 3257
Sapi V 1,8 5,4 2700
Sumber : Kelompok III
Perbedaan jumlah produksi susu sapi yang diperah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, frekuensi pemerahan, pakan, lingkugan, lama laktasi dan masih banyak yang lainnya. sementara untuk sapi yang no. 2 tidak diperah karena dia belum melahirkan.
Lebih rendahnya produksi susu sapi pada laktasi pertama disebabkan oleh lebih rendahnya jumlah dan ukuran sel-sel ambing pada saat sapi masih mengalami laktasi pertama sehingga produksi susu yang dihasilkan masih rendah. Pada saat laktasi kedua terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel ambing yang menyebabkan meningkatnya produksi susu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudono, dkk. (2003) yang menyatakan bahwa produksi susu sapi semakin menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya umur sapi karena terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel ambing yang merupakan tempat mensintesis susu. Produksi susu tersebut akan terus terjadi sampai sapi betina berumur 7 sampai 8 tahun namun selanjutnya akan terjadi penurunan secara bertahap sampai sapi berumur 11 sampai 12 tahun.
Acara IV Penentuan Umur Sapi Perah
Umur sangat menentuakan tingkat produksi susu sapi perah selama laktasi. secara teori bahwa sapi perah hanya mampu berproduksitinggi mencapai 100% pada saat berumur 7 tahun, setelah itu produksi susu akan menurun secara perlahan sejalan dengan pertambahan umur dari ternak sapi perah tersebut.
Ada beberapa cara untuk mengetahui umur sapi, salah satunya adalah dengan melihat perubahan gigi pada ternak itu sendiri. dari hasil pengamatan kami, kami mendapatkan umur ternak dari perubahan gigi adalah sebagai berikut :
Tabel 10 . Umur sapi perah berdasarkan perubahan gigi
Nama (No sapi) Photo/gambar illustrasi perubahan gigi permanen ternak Perkiraan umur ternak keterngan
Sapi 1

3½ - 4½ tahun Berganti 8
Sapi 2

3½ - 4½ tahun Berganti 4
Sapi 3



3½ - 4½ tahun Berganti 2
Sapi 4 3½ - 4½ tahun Berganti 8
Sapi 5 3½ - 4½ tahun Berganti 8
Sapi 6 1½ - 2½ tahun Berganti 2
Sapi 7 2-3
tahun Berganti 4



Sapi 8 7 Gigi berganti 3½ - 4½ tahun
Berganti
7
Sapi 9 4 Gigi berganti
2 – 3 tahun Berganti
4
Sapi 10 8 Gigi berganti
3½ - 4½ tahun Berganti
8
Sumber : Kelomopok III
Sapi pada no. 6 ini adalah sapi hasil persilangan antara simental dan FH sehingga diberi nama sapi simpaha. sapi ini umurnya sangat muda sekali yaitu sekitar 1,5 – 2,5 tahun, dan memiliki anak satu atau baru pertama melahirkan. sementara sapi yang nomor 1 – 10 kecuali no. 6 adalah sapi FH, yang masing-masing sudah sering melahirkan dan memiliki periode laktasi ke-5.
fakta ini bisa kita buktikan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sasroamidjo (1989) bahwa untuk mengetahui umur sapi dapat dilakukan dengan melihat gigi. Pergantian gigi seri yang pertama, ialah yang paling tengah, terjadi pada umur 2 sampai 2 ½ tahun. Pergantian gigi seri yang kedua (kanan kiri dari yang pertama) terjadi pada umur 3 tahun. Pergantian gigi seri yang ketiga (sebelah menyebelah dari yang kedua), terjadi pada umur 4 tahun. Terakhir pergantian gigi seri keempat ialah yang paling luar terjadi pada umur 4 ½ tahun.

Acara V Penentuan Periode Laktasi Pada Sapi Perah
Dibawah ini akan diterangkan penentuan periode laktasi pada sapi perah di BIB Banyumulek dari tahun 2009 samapi tahun 2010
Tabel 11. Penentuan periode laktasi sapi perah di BIB Banyumulek
No. Nama sapi Keadaan sapi per periode laktasi Keterangan melahirkan berikutnya
1 x kawin 2 x kawin
1 Tulip Melahirkan pada bulan juli 2009
Masa laktasi ke 10-11
Periode laktasi ke 5 Melahirkan pada bulan mei 2010 Melahirkan pada bulan juni 2010
2 Persik Melahirkan pada bulan april 2009
Masa laktasi ke 1
Periode laktasi ke 5 Melahirkan pada bulan februari 2010 Melahirkan pada bulan maret 2010
3 Anggrek induk Melahirkan pada tanggal 5 agustus 2009
Masa laktasi 10
Periode laktasi ke 5 Melahirkan pada bulan juni 2010 Melahirkan pada bulan juli 2010
4 Anggrek anak Melahirkan pada tanggal 1 agustus 2009
Masa laktasi ke 10
Periode laktasi ke 3 Melahirkan pada bulan juni 2010 Melahirkan pada bulan juli 2010
5 Melati Melahirkan pada bulan april 2010
Periode laktasi ke 5 Melahirkan pada bulan februari 2011 Melahirkan pada bulan mei 2011
Sumber : Data olahan 2010
Berdasarkan data hasil praktikum diatas bahwa dengan calving interval 1 tahun, rata-rata sapi akan melahirkan berikutnya pada tahun 2010. karena rata-rata sapi melahirkan pada tahun 2009. sementara untuk mengetahui berapa kali ia melahirkan, kita bisa melihat dari rata-rata periode laktasinya. Pada table tersebut rata-rata periode laktasi dari masing-masing sapi adalah periode laktasi ke 5. artinya rata-rata sapi tersebut telah melahirkan 5 kali.
Dengan cara mengetahui berapa kali sapi melahirkan, kita bisa mengetahui pada periode lakatsi ke berapa dia sekarang. Sehingga periode laktasi sama dengan berapa kali melahirkan.



Acara VI Pengaturan Pemerahan Dan Perkawinan
Untuk pemerahan sapi perah yang ada di banyumulek hanya diperah satu kali sehari. Pada teori yang ada, makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan sapi yang berproduksi rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat meningkatakan produksi susunya (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).
Dari 4 ekor sapi perah yang diperah pada hari kita praktikum itu, dengan interval pemerahan 1 kali per hari, sapi perah tersebut memproduksi susu sebanyak 6.27 liter perhari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil yang sangat minim dari susu yang diproduksi oleh sapi perah. Selain pengaturan pemerahan, pakan, besar ambing juga berpengaruh terhadpa tingkat produksi susu sapi perah. Produksi seekor sapi dipengaruhi oleh lingkungan, genetik serta interaksi antar agenetik dan lingkungan. Rata-rata produksi air susu 80% dipengaruhi lingkungan dan 20% genetik. Laktasi pertama seekor sapi adalah hal yang penting. Dari sejumlah penenlitian menunjukkan bahwa sapi yagn mempunyai produksi pertama tinggi maka sapi ternsebut cenderung memiliki masa produksi yang lebih panjang dan total produksi yang lebih tinggi (Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980).
Sementara untuk perkawinannya, sapi perah di BIB Banyumulek diperkirakan memiliki selang waktu 1 kali setahun dengan jumlah rata-rata kali perkawinan sekitar 1 kali. Artinya dengan sekali kawin, ternak tersebut langsung bunting. Disini kita bisa melihat bahwa rata-rata sapi yang ada di BIB Banyumulek tersebut berada dalam kondisi baik serta subur atau fertil. Pengaruh dari fertil ini mengakibatkan populasi ternak akan bertambah banyak. Hal ini dikarenakan jumlah kelahiran akan semakin tinggi pula pada sapi perah tersebut.






PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di jelaskan adalah :
1. jenis pakan yang diberikan pada ternak sapi perah adalah hijauan dan konsentrat dari pabrik. Sementara untuk
2. Sapi perah yang paling bagus atau dengan skor yang paling tinggi adalah sapi dengan kode no. 2 = no. 5 yang berada di sebelah kiri. Total nilai yang didapatkan adalah sekitar 76.
3. Rata-rata produksi susu sapi perah yang ada di BIB Banyumulek adalah 6,27 liter per hari; berarti selama satu bulan memproduksi susu sebanyak 188.1
4. Rata-rata umur sapi perah yang ada di BIB Banyumulek sekitar 3,5 – 4,5 tahun. Dengan populasi 10 ekor betina dewasa yang sudah melahirkan.
5. Periode laktasi ternak sapi perah yang ada di BIB Banyumulek saat ini adalah periode ke 5 dengan calving interval 1 tahun.
6. Pengaturan perkawinan ternak sapi perah adalah satu kali setahun dengan pemerahan satu kali sehari.
Saran
Saran yang ingin saya sampaikan kepada kita semua, agar dalam mencari data harus teliti. Serta dalam praktikum mahasiswa harus sungguh-sungguh. Supaya data yang dihasilkan valid dan bisa digunakan.
Selain itu buku pencatatan data sapi perah di BIB Banyumulek juga harus lengkap sejak tahunnya datang hingga kondisi sapi samapi sekarang, baik itu kelahiran, kesehatan, kematian, produksi susu, dan banyak yang lainnya.





DAFTAR PUSTAKA

AAK,1974. Beternak Sapi Perah, Kanisius. Yogyakarta.
AAK,1982. Seri Budaya Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
AAK,1995 .Petunjuk Beternak Sapi Pearh. Kanisius. Yogyakarta
Anonim, 2008. Pencatatan Produksi
http://sentralternak.com/index.php/2008/10/07/pencatatan-produksi-recording/ (12 05 2010 11:30)

Anonim, 2010. Ternak Sapi Perah.
http://www.google.co.id/#hl=id&q=ternak+sapi+perah&revid=791213704&ei=dkf7S_6UO8y9rAeltfmyAg&sa=X&oi=revisions_inline&resnum=0&ct=broad-revision&cd=3&ved=0CDkQ1QIoAg&fp=b25fd8043a691190 (25 05 2010 11: 46)

Anonim, 2010. http://yuari.wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh-ternak/ (12 05 2010 11:37)

Asih, 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press. Mataram
Bambang; Nazaruddin.1974. Ternak Komersial. PT Penebar Swadaya; anggota Ikapi: Jakarta.

Budi Pratomo, 1986. Cara Menyusun RansumTernak. Poultri Indonesia
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan & Pengelolaan Pakan Ternak
Masyadi, 2010. Memilih Bibit Sapi Perah. http://masyadi-kumpulanartikelkuliah.blogspot.com/2010/05/memili-bibit-sapi-perah.html (25 05 2010 11:30)

Petrus Sitepu; Ngepkep Ginting.1989. Tehnik Beternak Sapi Perah Di Indonesia.PT Rekan Anda Setiawan:Jakarta

Priyono, 2009. Produktivitas Ternak Sapi Perah
http://priyonoscience.blogspot.com/2009/05/produktivitas-ternak-sapi-perah.html (12 05 2010 11:26 ).

Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980. Ilmu Produksi Ternak Perah. Universitas Padjadjaran : Bandung.

Sudono,dkk;2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. PT Aggro Media Pustaka:Jakarta.

Umar Ar., dkk. 1991. Pengaruh Frekuensi Penyiraman/memandikan terhadap sttus faali Sapi Perah yang dipelihara di Bertais Kabupaten Lombok barat.Unram University prss, Mataram.
Williamson, G. 1983. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada.
Wikantadi, B. 1977. Biologi Laktasi Bagian Tehnik Perah. Fakultas Peternakan UGM : Yogyakarta.
Zein Syarief dan R. M. Sumoprastowo C. D. A.1984. Ternak Perah, CV Yasaguna: Jakarta











































LAMPIRAN